Langsung ke konten utama

Pria Dinilai Lebih Kreatif, Wanita Tidak Diuntungkan di Dunia Kerja

Because of gender bias, women's innovation may not be valued at work.
https://instagram.com/alviandripurnama/
Ketika ditanya tentang creative thinker atau pemikir kreatif (seperti arsitek, penulis, atau inovator teknologi), besar kemungkinan Anda membayangkan seorang pria seperti Steve Jobs atau David Foster Wallace.

Penelitian terbaru menemukan bahwa kita cenderung menghubungkan kreativitas dengan ciri-ciri stereotip maskulin seperti pengambilan risiko, kemandirian, dan jiwa petualang. Rangkaian empat penelitian Duke University yang dipublikasikan di jurnal Psychological Science menunjukkan bahwa orang-orang cenderung melihat laki-laki lebih kreatif daripada wanita.

“Hubungan antara stereotip maskulin dan pemahaman mengenai berpikir kreatif menciptakan bias dalam penilaian kreativitas pria dan wanita,” ucap dr. Devon Proudfoot, peneliti bisnis di Duke, seperti dikutip dari Huffington Post.

Hasilnya adalah wanita berada dalam posisi yang tidak menguntungkan dalam profesi yang menghargai kreativitas dan inovasi.

Pada penelitian pertama, peneliti secara acak menugaskan 80 pria dan wanita untuk membaca dua pernyataan tentang kreativitas. Pernyataan pertama menjelaskan kreativitas sebagai kemampuan berpikir out of the box dan satunya menjelaskannya sebagai kemampuan untuk “menghubungkan titik-titik”. Kemudian, partisipan diminta untuk menilai 16 kepribadian yang ada.

Seperti yang dihipotesiskan, partisipan menilai stereotip maskulin (seperti ketegasan, jiwa saing, pengambilan risiko, dan keberanian) lebih penting untuk menunjang kreativitas dibandingkan dengan stereotip feminin (seperti kerja sama, memahami dan mendukung orang lain). Efek ini juga jauh lebih kuat pada partisipan yang membaca pernyataan bahwa kreativitas sebagai pemikiran out of the box.

Pada penelitian kedua, 169 partisipan diminta membaca tokoh fiksi baik itu perancang busana atau arsitek. Hasilnya, partisipan menilai bahwa  hal yang menggambarkan kreativitas adalah keaslian dan pemikirian outside the box. Arsitek pria umumnya dinilai lebih kreatif daripada arsitek wanita. Begitupun dengan perancang busana.

Untuk melihat bias di dunia nyata, peneliti menganalisis evaluasi kerja para senior executive, 100 pria dan 34 wanita. Pria executive cenderung dinilai lebih inovatif.

Terakhir, partisipan diminta untuk menilai tokoh manajer fiksi yang mengadopsi rencana strategis berisiko. Partisipan cenderung menilai manajer pria tidak hanya lebih kreatif tetapi juga lebih layak mendapatkan penghargaan.

Hal ini menunjukkan bahwa orang-orang lebih menghubungkan inovasi dengan pria dan hal ini tidak menguntungkan wanita.

Devon mengatakan bahwa “kreativitas adalah kemampuan yang paling berharga di masyarakat terutama pejabat atas di dunia kerja.”

Bias yang ditemukan dalam penelitian Duke University bisa berkontribusi untuk menunjukkan besarnya kesenjangan gender di tempat kerja.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hiii…! Burger Hitam Ini Hasilkan Kotoran Berwarna Hijau

The A.1 Halloween burger has some spooky digestive side effects.  (Burger King) Jika Halloween burger hitam dari Burger King tidak cukup aneh untuk dilihat, hal selanjutnya yang terjadi bisa memberikanmu ketakutan yang nyata. Sandwich terbaru yang debut pada 28 September ini dilaporkan mengubah kotoran seseorang menjadi berwarna hijau terang. Pengguna twitter telah men-tweet pengalaman mereka. Setidaknya, satu pengguna Twitter bersemangat tentang prospek memiliki kotoran berwarna hijau: Menurut keterangan di website Burger King, roti Whopper berwarna gelap dengan bantuan saus steak terkenal serta pewarna makanan seperti D&C Red #40, Molasses Powder, dan FD&C Blue #1. “Kebanyakan pewarna sintesis seperti D&C Red $40 dan FD&C Blue #1 umumnya tidak dapat diserap oleh tubuh sehingga keluar bersama tinja,” ucap dr. Robert Glatter, dokter perawatan darurat di Lenox Hill Hospital di New York, seperti dikutip dari Fox News . Robert mengatakan bahwa pec...

Komik Ini Gambarkan ‘Pergulatan’ Antara Hati dan Kepala

Apakah kita berlebihan dalam menganalisis atau mengikhlaskannya? Ataukah kita memilih untuk berolahraga atau membiarkan kemalasan menang? Kita pasti sering mengalami kegalauan dalam kehidupan sehari-hari. Ada pertentangan dalam diri untuk melakukan sesuatu berlandaskan pada hati atau kepala. Peneliti bahkan menyatakan bahwa keputusan dan tingkah laku sehari-hari dipengaruhi oleh emosi atau logika. Untungnya, Nick Seluk artis di balik ‘The Awkward Yeti’ mampu menggambarkan pertentangan antara hati yang penuh emosi dan otak yang selalu realistis. Berikut beberapa komiknya: Sumber:  http://www.huffingtonpost.com/entry/17-comics-that-show-the-struggle-we-have-with-logic-and-emotions_55e73cc2e4b0b7a9633b4f6c?407zm2t9&utm_hp_ref=healthy-living

Begini Perasaan Cemas dan Depresi Digambarkan dalam Bentuk Komik

Rasa cemas dan depresi adalah masalah kesehatan mental yang kompleks dan susah untuk dijelaskan, tetapi komik ini dapat menggambarkannya. Setelah mendengar cerita pribadi Sarah Flanigan, wanita muda dengan rasa cemas dan depresi, seniman Nick Seluk menggambarkan pengalaman Sarah dalam bentuk ilustrasi. Komik yang dipublikasikan di “Medical Tales Retold” series on Tapastic ini merepresentasikan ketidakpastian dan emosi yang merupakan gangguan mental. Pengalaman Sarah adalah realitas dari jutaan orang dewasa di Amerika yang mengalami gangguan kesehatan mental. Anda tidak hanya dapat ‘menenangkan diri’ ketika mengalami kecemasan atau ‘mengubah sikap’ ketika depresi. Namun, banyak orang masih belum memahami cara ‘penyakit’ mental tersebut terjadi, yang bisa menyebabkan rasa bersalah, malu, dan isolasi diri. Ilustrasi Nick berikut dapat menunjukkan perasaan sesungguhnya saat menghadapi masalah kesehatan mental. Sumber:  http://www.h...