Langsung ke konten utama

Review Mansfield Park


Karya-karya Jane Austen memang sangat tersohor bahkan lebih dari 150 tahun lamanya. Sebut saja salah satu mahakaryanya yang melegenda - Pride and Prejudice – yang masih memberikan kesan mendalam tentang usaha Austen untuk mengungkapkan ‘ketidaksetaraan’ kasta pada zamannya dan gambaran karakter-karakter yang sangat kuat. Austen sebenarnya punya banyak novel lagi (jujur gue baru baca Pride and Prejudice -english version- dan baru saja menamatkan Mansfield Park) dan bahkan novel-novelnya diadaptasi ke dalam beberapa film dan series.

Mansfield Park, salah satu yang menarik untuk dibaca. Seperti biasa, Austen tidak mengecewakan pembaca dalam hal penuturan bahasa dan alur yang sangat natural untuk diikuti. Seperti ada magnet dari rangkaian kata-kata dan cerita yang membuat pembaca tidak bisa berhenti dan lanjut menyusuri bab demi bab dari novel tersebut.

Dari segi pemilihan cerita, Austen kembali mengangkat isu mengenai kasta, bahwasanya orang-orang dari kalangan bawah selalu dianggap sebelah mata dan tidak patut untuk ‘dicintai’. Cerita menggambarkan kejomplangan posisi antar bersaudara yang menyebabkan anak-anak mereka memiliki status yang berbeda. Keluarga Price dengan hidup yang sangat sederhana dan keluarga Bertram yang penuh dengan harkat dan martabat.

Fanny Price yang merupakan tokoh utama, memiliki karakter yang berbeda dari pemeran utama wanita di novel Austen yang lain. Fanny tidak sekuat dan seberani karakter Lizzy di Pride and Prejudice. Fanny lebih mencerminkan sosok wanita yang pendiam, menutup diri, dan tidak ingin menjadi pusat perhatian. Ia memiliki kesederhanaan yang tinggi, prinsip yang teguh, dan senang membantu keluarga Bertram di Mansfield Park yang telah bersedia ‘menampungnya’ untuk tinggal di situ dan mendapatkan banyak pelajaran hidup. Meskpiun demikian, karakter Fanny tidak bisa dikatakan lebih ‘buruk’ dari tokoh utama karya Austen lainnya. Fanny tetap memiliki keunikan dengan karakternya yang lembut, tenang, dan polos. Tidak ada perasaan kasihan yang muncul saat membaca detil karakter Fanny, melainkan perasaan hangat dan kekaguman akan wanita yang mempunyai prinsip kuat untuk menjaga perasaan cintanya kepada Edmund Bertram (sepupunya) agar tidak diketahui oleh siapapun. Terbukti, kepolosan dan ketulusannya mampu membuat tokoh lain mencintai dan merindukan Fanny ketika ia meninggalkan Mansfield Park selama beberapa bulan.

Karakter-karakter lain di novel Mansfield Park bisa dikatakan cukup kuat. Sir Thomas Bertram dengan karakternya yang penuh kewibawaan namun memiliki kekurangan dalam mendidik anak-anaknya, Lady Bertram digambarkan sebagai sosok istri yang penuh dengan rasa ‘malas’ karena segala fasilitas yang diberikan sang suami, Mrs. Norris yang merupakan bibi penuh dengan perhitungan dalam hal ‘biaya’ dan terlalu memanjakan keponakan-keponakannya (Maria dan Julia), Mr. Tom Bertram yang selalu berfoya-foya dan menghamburkan kekayaan keluarga, Mr. Edmund Bertram yang sangat bijaksana namun sempat ‘terbutakan’ oleh cinta, Miss Maria Bertram dan Miss Julia Bertram yang bertingkah sangat manja dan kurang mampu mengontrol emosi, Mr. Henry Crawford yang suka menebar pesona kepada gadis-gadis, Miss Mary Crawford yang dilukiskan sebagai gadis cantik yang memikat hati Edmund namun memiliki sikap yang cukup ‘kasar’, dan banyak tokoh-tokoh lain dengan karakter yang beragam.





Hal yang menarik dari cerita Mansfield Park adalah kisah cinta Fanny itu sendiri. Ia memang sejak awal menyimpan hati kepada Edmund yang sejak kecil memperlakukannya dengan sangat baik dan memberikan banyak nasehat hidup. Fanny cukup bersedih hati ketika mengetahui bahwa Edmund mencintai Miss Mary Crawford. Lalu, Mr. Crawford (adik Miss Mary) yang sebelumnya sempat menebar pesona kepada Miss Maria dan Miss Julia, menargetkan Fanny untuk diluluhkan hatinya. Alih-alih membuat gadis polos itu jatuh cinta padanya, Mr. Crawford lah yang jatuh ke dalam perangkapnya sendiri. Ia sangat mengagumi Fanny dan memiliki cinta yang serius. Ia bahkan telah melamar Fanny berulang-ulang kali, namun tetap mendapatkan penolakan dari gadis polos itu. Sejujurnya, saat melihat kesungguhan dan keseriusan Mr. Crawford kepada Fanny, gue mulai klepek-klepek sendiri, karena perubahan Mr. Crawford sangatlah positif. Ia menjadi lelaki yang lebih bertanggung jawab, penuh sopan santun, dan kehangatan. Bahkan, Fanny sadar atau tidak, mulai merasakan kenyamanan dengan Mr. Crawford. Awalnya gue mengira kalau Fanny mungkin akan berakhir dengan Mr. Crawford, karena hingga di tiga-perempat bagian novel, gambaran perubahan Mr. Crawford begitu ditonjolkan, dan Edmund yang merupakan dambaan hati Fanny tidak banyak disinggung melainkan mengenai kebimbangan hati Edmund untuk melamar Miss Mary.

Tapi, Jane Austen menginginkan akhir yang bahagia bagi pemeran utamanya. Mansfield Park berakhir dengan kebahagiaan Fanny yang dapat hidup bersama dengan Edmund yang melamarnya setelah memulihkan sakit hatinya dari Miss Mary karena suatu ‘insiden’ yang mempermalukan berbagai pihak. Meskipun gue menyukai akhir cerita yang tidak disangka tersebut, bagian akhir ‘mungkin’ terkesan sangat terburu-buru. Tidak ada penjelasan detail dari hubungan Edmund dan Fanny baik itu percakapan-percakapan maupun gambaran perkembangan kedekatan mereka. Tumbuhnya rasa cinta Edmund kepada Fanny hanya ditunjukkan dengan narasi bahwa Edmund yang begitu sakit hati hanya bisa mencurahkan segala kekecewaannya kepada Fanny lalu mereka sering menghabiskan waktu bersama dan Edmund mulai melihat Fanny sebagai seorang wanita, bukan keluarga. Namun, sekali lagi tidak ada detail yang mendalam, misalnya tentang bagaimana cara Edmund melamar Fanny, apa yang ia katakan, dan apa yang Fanny ucapkan di momen terindah dalam hidupnya tersebut.

Terlepas dari itu, novel Mansfield Park tetaplah menarik untuk dibaca. Banyak hal yang bisa dipetik. Kesabaran dan kebaikan hati Fanny perlu ditiru. Walaupun ia memiliki karakter pendiam, tetapi pada akhirnya banyak orang yang menyenanginya, padahal ia tidak pernah memaksakan orang lain untuk menyukai dirinya. Ia tidak pernah mencoba mengambil perhatian orang lain, selalu tampak sederhana, dan tampil apa adanya. Dari novel ini juga terdapat pelajaran bahwa kekayaan seseorang tidak akan berarti tanpa kehangatan keluarga dan kerabat yang baik. Ini ditunjukkan dengan kebahagiaan orang-orang di Mansfield Park yang hidupnya bertambah bahagia dengan kebersamaan keluarga, dan juga ditunjukkan dari kehampaan Mr. Crawford dan Miss Mary karena akhirnya berpisah dengan orang-orang terdekatnya walaupun mereka memiliki banyak harta.

Secara keseluruhan, Mansfield Park cukup memuaskan dan memberikan kesan yang positif.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hiii…! Burger Hitam Ini Hasilkan Kotoran Berwarna Hijau

The A.1 Halloween burger has some spooky digestive side effects.  (Burger King) Jika Halloween burger hitam dari Burger King tidak cukup aneh untuk dilihat, hal selanjutnya yang terjadi bisa memberikanmu ketakutan yang nyata. Sandwich terbaru yang debut pada 28 September ini dilaporkan mengubah kotoran seseorang menjadi berwarna hijau terang. Pengguna twitter telah men-tweet pengalaman mereka. Setidaknya, satu pengguna Twitter bersemangat tentang prospek memiliki kotoran berwarna hijau: Menurut keterangan di website Burger King, roti Whopper berwarna gelap dengan bantuan saus steak terkenal serta pewarna makanan seperti D&C Red #40, Molasses Powder, dan FD&C Blue #1. “Kebanyakan pewarna sintesis seperti D&C Red $40 dan FD&C Blue #1 umumnya tidak dapat diserap oleh tubuh sehingga keluar bersama tinja,” ucap dr. Robert Glatter, dokter perawatan darurat di Lenox Hill Hospital di New York, seperti dikutip dari Fox News . Robert mengatakan bahwa pec...

Komik Ini Gambarkan ‘Pergulatan’ Antara Hati dan Kepala

Apakah kita berlebihan dalam menganalisis atau mengikhlaskannya? Ataukah kita memilih untuk berolahraga atau membiarkan kemalasan menang? Kita pasti sering mengalami kegalauan dalam kehidupan sehari-hari. Ada pertentangan dalam diri untuk melakukan sesuatu berlandaskan pada hati atau kepala. Peneliti bahkan menyatakan bahwa keputusan dan tingkah laku sehari-hari dipengaruhi oleh emosi atau logika. Untungnya, Nick Seluk artis di balik ‘The Awkward Yeti’ mampu menggambarkan pertentangan antara hati yang penuh emosi dan otak yang selalu realistis. Berikut beberapa komiknya: Sumber:  http://www.huffingtonpost.com/entry/17-comics-that-show-the-struggle-we-have-with-logic-and-emotions_55e73cc2e4b0b7a9633b4f6c?407zm2t9&utm_hp_ref=healthy-living

Begini Perasaan Cemas dan Depresi Digambarkan dalam Bentuk Komik

Rasa cemas dan depresi adalah masalah kesehatan mental yang kompleks dan susah untuk dijelaskan, tetapi komik ini dapat menggambarkannya. Setelah mendengar cerita pribadi Sarah Flanigan, wanita muda dengan rasa cemas dan depresi, seniman Nick Seluk menggambarkan pengalaman Sarah dalam bentuk ilustrasi. Komik yang dipublikasikan di “Medical Tales Retold” series on Tapastic ini merepresentasikan ketidakpastian dan emosi yang merupakan gangguan mental. Pengalaman Sarah adalah realitas dari jutaan orang dewasa di Amerika yang mengalami gangguan kesehatan mental. Anda tidak hanya dapat ‘menenangkan diri’ ketika mengalami kecemasan atau ‘mengubah sikap’ ketika depresi. Namun, banyak orang masih belum memahami cara ‘penyakit’ mental tersebut terjadi, yang bisa menyebabkan rasa bersalah, malu, dan isolasi diri. Ilustrasi Nick berikut dapat menunjukkan perasaan sesungguhnya saat menghadapi masalah kesehatan mental. Sumber:  http://www.h...